Entri Populer

Kamis, 05 Januari 2012

FF: STILL WAIT YOU SAY (Chapter 5B)



STILL WAIT YOU SAY (Chapter 5B)

Author: Rahma Fitri Al-Hakiim
Pict by: @rahmafitrialhakiim
Genre: Romance
Cast:
-Lee Jieun (IU)
-Lee Taemin (SHINEE)
-Yoo Seungho
-Suzy (Bae Suji miss a)
Cameo:
-Key (SHINEE)
Annyeong Semuanya....!! ^o^
Lansung aja deh ya.... CEKIDOT! XD
NB: Jangan lupa LIKE and COMMENTNYA yak...! ^_^

Happy readers...^^

“Miane Suzy-ah aku sedikit terlambat”. Seungho membungkuk memegangi kedua lututnya dengan nafas terengah-engah.
 “Gwenchanayo Seungho-shi”, jawab Suzy ramah.
“Seunho-shi?”. Aku terkejut melihat Seungho yang sekarang sudah berdiri dihadapanku.
“Annyeong Jieun-ah”, sapanya ramah.
“Oh….. n..ne annyeong Seungho-shi”, jawabku sedikit gagap.
“Ya! Suzy-ah kenapa kau mengundang namja ini?!”, tanya Taemin marah dan menatap Suzy tajam.
“Waeyo? Bukankah dia temanmu juga? Kau ini jahat sekali Taemin-ah”, jawab Suzy membela diri sambil menatap Taemin dengan mata berkedip-kedip mengisyaratkan supaya Taemin cepat meredam amarahnya.
“Kau ini! Aku tidak suka denganya!”, bentak Taemin dengan dahi mengerut.
“Ya… Taemin-ah berhentilah bersikap kekanakan lebih baik kita lupakan saja kejadian waktu itu, sekarang aku tidak ingin bertengkar denganmu”. Seungho memandang Taemin tajam.
“Baiklah kalau itu yang kau inginkan, kaja Suzy-ah pesawat sudah mau berangkat”. Taemin memalingkan wajahnya dan menggandeng tangan Suzy menuju pintu masuk kebarangkatan.
“Kaja Jieun-ah….”, ucap Seungho sambil mengulurkan tanganya kepadaku, tapi aku hanya bisa menatapnya ragu.
“Sudahlah lupakan kejadian waktu itu, sekarang kau tidak punya pilihan lain selain bersamaku. Kaja pesawatnya kan segera berangkat…”, lanjut Seungho dengan percaya diri, dan meraih tanganku cepat karena melihat reaksiku yang tak kunjung menyambut uluran tanganya.
Selama satu jam akhirnya kami tiba di Jeju Island tepatnya di Shilla Jeju Hotel. Aku menunggu Suzy yang sedang sibuk mengurus pemesanan kamar hotel di meja resepsionis, dan tidak lama kemudian Suzy berjalan ke arahku dengan membawa empat buah kunci kamar hotel.
“Nah ini…, untuk Seungho kau kamar nomor 222, Taemin kau nomor 223, dan kau Jieun nomor 302….”, jelas Suzy sambil membagikan kunci kamar hotel.
“Apa? Aku tidak mau bersebelahan dengan dia!”, sahut Taemin dengan tangan menunjuk- nunjuk ke arah Seungho.
“Ya! Taemin-ah kau ini kenapasih?, kaja Jieun-ah”, jawab Suzy dengan wajah masam yang kemudian menarik tanganku pergi meninggalkan Taemin yang sekarang sedang beradu pandang dengan Seungho.
“Nah Jiun-ah…. Istirahalah dulu kalau sudah tiba waktunya aku akan memjemputmu.  Jika kau perlu bantuanku panggil saja aku, aku berada di kamar sebelahmu”, ucap Suzy ramah kepadaku.
“Ne… gomaweo Suzy-ah”.
************
“Ya…. Jieun-ah ayo bangun pali….”, kata Suzy manja dengan mengguncang- guncangkan tubuhku yang tengah tertidur pulas.
“Ahh…. Ne..ne Suzy-ah ada apa?”, jawabku dengan mata yang masih terpejam.

“Aku hanya mau memberimu ini…”, jawab Suzy sambil menyodorkan sebuah kotak persegi panjang kepadaku.
“Apa ini?”, tanyaku dengan wajah penasaran.
“Sudahlah buka saja kau akan tahu nanti”, balas Suzy.
Perlahan aku pun membuka sebuah kotak persegi panjang yang Suzy berikan padaku, dan betapa terkejutnya aku melihat isi dari kotak itu. “Wah yeppo……”.
“Bagaimana cantik bukan?, pakailah saat acara pestaku nanti…”, ucap Suzy tersenyum senang.
“Cheongmal Gomaweo Suzy-ah…..”, jawabku dengan mata berbinar-binar.
“Ne, kalau begitu segeralah bersiap-siap Jieun-ah acaranya akan dimulai satu jam lagi. Aku sangat senang kau menyukai gaun itu……”, kata Suzy yang sudah mengenakan gaun cantik berwarna putih dengan dandanan yang semakin membuatnya terlihat mempesona.
“Ne…. araseo Suzy-ah”.
“Ok aku akan menunggumu….., sampai jumpa di pesta ya? Annyeong”. Suzy pun melangkah pergi meninggalkanku.
 “Ya chamkaman Suzy-ah…..”. Aku menarik gaunya berusaha menahanya pergi sebelum ia sempat membuka pintu kamarku.
“Waeyo?”, tanya Suzy bingung.
“Orang itu siapa?”, tanyaku penasaran sambil menatap seorang namja berambut pirang yang sedari tadi berada di samping Suzy.
“Ah… iya hampir saja aku lupa, perkenalkan dia adalah Key oppa seorang make up artis terkenal. Aku memintanya untuk membantumu berdandan…..”, jawab Suzy bersemangat.
“Oh…. Arayo”, ucapku sambil mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
“Ya sudah sampai jumpa di pesta, annyeong Jieun-ah”, ucap Suzy dengan melambaikan tanganya padaku yang kemudian lenyap di balik pintu.
“Ne Annyeong Suzy-ah”.
Aku segera mandi dan bersiap-siap untuk pesta, kukenakan gaun pemberian Suzy yang teramat cantik dan membuatku layaknya seorang putri. Dengan bantuan Key oppa seorang make up artis terkenal yang membantuku berdandan membuatku hampir tak mengenali diriku sendiri di depan cermin. Aku juga mengenakan sepatu yang membuatku tak sanggup untuk memandangnya karena kilau kerlipnya yang sangat menyilaukan mataku. Setelah semuanya siap Key oppa mengantarku ke Aula tempat Suzy menyelanggarakan pesta ulang tahunya.
Aku sangat malu ketika semua tamu beralih menatapku intens, semburat merah di pipiku pun mulai nampak jelas. Aku tak tahu bila tamu undangan akan sebanyak ini, mungkin mereka adalah teman-teman Suzy di SMA, dan yang paling membuatku tak tahan adalah ketika mereka mulai menggodaku dan menatapku dengan tatapan yang amat membuatku risih. Apa ada yang salah pada diriku? hingga membuat mereka semua hanya menatapku. Aku sangat lega ketika Suzy berjalan menghampiriku.
“Seangil Chukhae”, kataku memberi selamat ulang tahun pada Suzy dengan senyuman manis.
“Ne Gomaweo Jieun-ah…..”, balas Suzy dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
“Kau cantik sekali Jieun-ah….! Gaun itu sangat cocok untukmu”, lanjut Suzy dengan mata berbinar yang kini sedang menatapku dari ujung kaki sampai kepala.
“Gomaweo Suzy-ah….”, jawabku malu dengan pipi yang semakin memanas.
“Baiklah acara puncaknya akan dimulai sebentar lagi, bersenang-senanglah Jieun-ah disini banyak makanan yang pasti kau suka”, jalas Suzy padaku.
“Ne…. arayo”. Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti, dan Suzy pun berjalan pergi meninggalkanku.
Gemerlap lampu pesta menghiasi setiap sudut aula, banyak makanan lezat yang dihidangkan untuk menjamu para tamu undangan. Musik pun mulai mengalun keras dengan arahan seorang D.J membuat setiap orang tidak tahan untuk berdansa. Aku melihat banyak pasangan kekasih sedang berdansa bersama, dan sialnya aku hanya bisa duduk diam sambil menatap mereka yang tengah larut dalam suasana pesta. Aku duduk di sudut aula yang tidak banyak mendapat penerangan sambil memakan hidangan yang disajikan dengan lahap sampai aku menyadari seorang namja sudah duduk tepat di sampingku.
“Annyeong Jieun-ah….., kau sendirian saja?”, tanya seorang namja padaku. Aku tidak dapat mengenalinya karena wajahnya tak mendapatkan sentuhan cahaya sedikitpun.
“Duguseyo?”. Aku berbalik bertanya dan berusaha untuk memfokuskan mataku.
“Ya, hanya dalam waktu tiga minggu tak bertemu kau sudah tidak bisa mengenaliku lagi? Ya! Kau sombong sekali, aku Seungho. Nappeun yeoja!”, jawabnya kasar yang membuat telingaku panas.
“Ya! Itu karena aku tak dapat melihat jelas wajahmu dalam penerangan seburuk ini”, balasku berusaha membela diri.
Aku sangat terkejut dan gugup saat Seungho tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajahku, ini membuat jantungku berdetak semakin cepat. Rona merah mulai nampak di pipiku yang tidak bisa menyembunyikan rasa malu ini. Aku mencoba memalingkan wajahku darinya tapi dia menahan wajahku dengan kedua tanganya agar aku hanya bisa menatapnya. Dan jarak kami pun semakin mendekat.
“Apa dengan begini kau bisa melihat jelas wajahku?”, tanya Seungho menggodaku dengan senyuman nakalnya.
“Ya! Dasar mesum…!”, teriakku keras yang kemudian mendorong tubuh Seungho sekuat tenaga menjauhiku.
“Hmmpp….Hmmmp”, terdengar suara Sungho menahan tawa.
“Ya! Apa ini lucu?!”, bentakku jengkel melihat Seungho sekarang memenggangi perutnya menahan tawa.
“Miane Jiuen-ah aku hanya ingin menggodamu…..,, Hmmmp…Hmmp….”, ucapnya tanpa rasa bersalah sambil terus menahan tawanya, tega sekali dia membuatku menjadi malu seperti ini.
“Ya! Berhenti menertawakanku!”, bentakku kembali dengan tatapan sedingin es.
“Ne…ne miane….”, ujarnya mencoba meredam amarahku.
Aku memalingakan wajahku darinya mencoba menyembunyikan rona merah di pipiku. Aku belum bisa mengontrol degup jantungku yang masih saja berdegup dengan cepat dan aku pun tidak berani untuk menatapnya langsung. Kenapa mendadak Seungho berubah mdnjadi mesum begitu?, ini pertamakalinya Seungho menggodaku dengan candaan yang benar-benar tak lucu. Tatapan mataku kosong, pikiranku mulai terbang kesana kemari berusaha mencari jawabanya. Kemudian Seungho menepuk pundakku membuat pikiranku kembali ke awal.
“Ya! Kenapa kau hanya duduk diam disini?, bukankah pestanya sangat menyenangkan?”, tanyanya dengan kepala dan tangan yang mulai bergerak mengikuti irama music yang diputar.
“Aku tidak begitu suka dengan suasana pesta yang seperti ini, suaranya terlalu berisik dan membuat telingku terus berdenging”, jawabku dengan mata yang kini tertuju pada pasangan yang tengah berdansa gembira.
“Jieun-ah ada yang ingin kutanyakan padamu…”, ujar Seungho yang kini menatapku intens.
“Ne… tanyakan saja…., aku akan menjawabnya”, jawabku yang masih terus saja menatap iri kepada sepasang kekasih yang tengah berdansa tersebut.
“Sebenarnya aku ingin menagih jawabanmu, apa kau sudah menemukan jawaban atas hatiku?”, tanya Seungho yang membuatku seketika berbalik menatapnya tajam.
Jantungku seketika berdegup kencang, bibirku bergetar tak tau apa yang harus kukatakan pada Seungho. Keringat dingin mulai membasahi dahiku, aku sungguh tidak tahu jawaban apa yang harus kuberikan, dan dengan suara yang sedikit bergetar akhirnya kuberanikan diriku untuk memberi jawaban atas hatinya.
“Mi…miane Seungho-shi…., aku tidak dapat membalas perasaanmu….”, jawabku dengan kepala tertunduk.
Begitu mendengar jawabanku Seungho pun juga tertunduk lemas, ia merasa sangat kecewa. Kuberanikan diriku untuk mengangkat kepalaku dan melihatnya, ia masih tertunduk lemas sambil memejamkan matanya. Tidak beberapa lama kemudian dia mendongakkan kepalanya dan melihatku dengan senyuman yang sudah tersungging di bibirnya, aku yang malu ditatapnya kembali menundukkan kepalaku.
“Sudah kuduga pada akhirnya jawabanmu akan seperti itu….”, kata Seungho santai.
“Lalu kenapa kau menyatakan perasaanmu padaku jika kau sudah tahu jawabanya?”, tanyaku dengan kepala yang masih tertunduk tak berani menatapnya.
“Pada awalnya aku berniat untuk memendam rasa ini karena kau menyukai Taemin dan memutuskan untuk menjadi temanmu saja. Tapi aku tidak pernah bisa berhenti mengharapkanmu Jieun-ah…., dan akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padamu……. Maaf kalau waktu itu aku sangat egois….”, jelas Seungho dengan mata yang kini menatapku mencoba agar aku bisa mengerti perasaanya.
“Ne…. Gwenchana…..”, kataku yang kini tersenyum padanya. Kami pun tertawa bersama dengan senang, rasanya sekarang aku bisa mengerti kenapa Seungho menyatakan perasaanya padaku saat aku bimbang akan perasaanku pada Taemin yang membuatku sangat frustasi. Ia tak mau kehilangan kesempatan untuk memiliki seseorang yang dicintainya.
KLAP……!
Tiba-tiba lampu di seluruh aula padam dan menjadikan ruangan yang sedari tadi dipenuhi oleh suara musik berganti dengan suara riuh para tamu undangan yang sudah mulai gelisah. Tapi tak beberapa lama kemudian…..PYAR…..!!!, sorotan lampu mengarah ke tengah aula dan kini terlihat dua sosok orang berdiri di sana. Suara riuh para tamu undangan semakin menjadi ketika melihat Taemin dan Suzy berdiri di tengahnya dengan tangan yang bergandengan erat. Rasanya hatiku sudah terbakar cemburu melihat Taemin dan Suzy yang kini saling menatap dengan pandangan yang sangat membuatku iri, pantaskah aku masih mengharapkan Taemin?.
Acara puncaknya pun dimulai dengan pemotongan kue tart diiringi lagu selamat ulang tahun dan tepuk tangan dari seluruh tamu undangan. Semua lampu hanya menyorot Taemin dan Suzy yang kini berada di tengah-tengah kami, Suzy memberikan potongan kue pertamanya kepada Taemin yang kini tersenyum lebar, dan Taemin pun membalasnya dengan memberikan kecupan lembut di kening Suzy yang membuat pera tamu undangan bersorak ramai. Kemudian ciuman Taemin terus turun ke hidung Suzy, dan kini jarak antara bibirnya dan Suzy semakin dekat. Para tamu undangan pun terus bersorak ramai.
“Cium…..Cium…..Cium….Cium….!!”, suara sorak sorai para tamu undangan meneriaki mereka berdua.
Aku hanya bisa diam terpaku melihat Taemin dan Suzy, dan air mataku mulai mengalir perlahan di pipiku. ANDWE! ANDWE! ANDWE! Taemin-ah kau tidak bisa melakukan ini padaku! Kenapa kau jahat sekali padaku? NAPPEUN NAMJA!, teriakku dalam hati yang kini terasa sangat sakit.
Air mataku semakin deras mengalir tatkala melihat Taemin mencium lembut bibir mungil Suzy, Seungho pun segera merengkuhku dalam pelukanya. Sesaat aku menangis di dalam pelukanya sebelum kemudian aku melepas paksa pelukanya dan lari ke luar aula dengan tangan yang sibuk menyeka air mata. Aku sudah tidak bisa lagi melihat itu semua yang membuat hatiku seperti dihujam beribu-ribu batu, inikah akhir dari penantianku?. Aku duduk di sebuah bangku di tengah taman dengan air mata yang mengalir deras. Aku terisak dalam sunyi, melihat Taemin berciuman dengan Suzy cukup untuk membuatku menangis semalaman. Apa dengan begini masih pantaskah aku mengharapkan Taemin akan berpaling kepadaku?, heh… bodoh sekali aku sempat berpikir begitu, sudah jelas Taemin dan Suzy saling menyukai kenapa aku masih tidak pernah berhenti mengharapkanya? Apa arti ciuman yang ia berikan kepadaku? Apakah dia hanya mempermaikanku? Atau memang benar Taemin seorang maniak ciuman?. Hah! semua pertanyaan itu sungguh membuat kepalaku pusing sampai aku mendengar suara langkah kaki seseorang berjalan mendekatiku. Buru-buru aku menyeka air mataku dengan kedua tanganku.
“Apakah itu kau Seungho-shi?”, tanyaku penasaran yang kemudian memalingkan wajahku untuk melihat siapa yang datang.
“Sayang perkiraanmu salah Jieun-ah, apa kau sungguh mengharapkan aku adalah Seungho?”, jawab Taemin yang tersenyum simpul kepadaku dan kemudian duduk di sampingku.
“Miane Raja maniak….”, jawabku datar dengan memandangnya sinis.
“Ya! Mworagu? Kau bilang aku maniak?”, kata Taemin tidak percaya sambil memasang ekspresi kesal padaku.
“Apa aku salah memanggilmu? Bukankah kau memang Raja Maniak Ciuman?”, jawabku kembali dengan nada yang lebih dipertegas.
“Oh….. kau cemburu karena tadi aku mencium Suzy hah?”, tanyanya yang membuat pipiku merona dengan senyuman khasnya.
“Aniya! Aniya! Kenapa aku harus cemburu padamu”, bentakku berusaha membantanya. Aku yang malu kemudian menundukkan kepalaku tak berani menatap matanya.
“Ne…ne araseo”, jawab Taemin sambil menahan tawa.
“Ah… iya hampir saja aku lupa mengatakan ini…. Malam ini kau terlihat sangat cantik Jieun-ah…”, lanjut Taemin yang seketika membuat pipiku semakin memanas karena malu. Dan aku pun hanya bisa bisa terdiam sambil tersenyum kecil.
Tiba-tiba suasana menjadi hening hanya suara debaran jantungku yang terdengar. Sesekali aku mendongakkan kepalaku melihat Taemin yang terdiam menatap langit malam.
“Jieun-ah miane….”, kata Taemin yang membuatku seketika mendongakkan kepalaku dan menatapnya heran.
“Waeyo? Kenapa kau tiba-tiba minta maaf padaku?”, tanyaku dengan raut wajah penuh tanda tanya.
“Maaf telah membuatmu banyak meneteskan air mata untukku, sebenarnya aku tak ada maksud untuk menyakitimu. Hanya saja aku sedang berusaha mengucapkan terimakasih kepada seseorang yang telah membuatku tetap bisa melihatmu sampai sekarang ini….,”, jelas Taemin kepadaku yang masih saja asyik memandangi langit malam yang terlukis dengan indah.
Jantungku semakin berdegup kencang mendengar ucapan Taemin yang pasti sudah membuat pipiku merah seperti tomat saat ini. Ucapan Taemin seakan memberiku secercah harapan untuk terus bertahan dan menunggu. Sejenak kupandangi wajahnya yang diterangi sinar bulan, dia terlihat sangat rupawan dengan stelan jas berwarna merah maroon dan tak mampu membuatku berpaling darinya.
Kemudian terlintas di benakku untuk menanyakan siapakah gerangan orang itu, “Siapa orang itu?”, tanyaku penasaran dengan pipi yang masih bersemu merah.
Dan Taemin menoleh kearahku dengan senyuman yang selalu membuatku hampir meleleh, “Hmm…… suatu saat jika waktunya sudah tiba kau pasti akan mengetahuinya….”, jawabnya sambil terus menatapku lembut dan aku hanya bisa membalas menatapnya lagi.
Sorot mata kami terkunci.
Setelah itu, alam mendadak seperti berkonspirasi dan memutuskan untuk menisbikan suara dan menunggu, karena setelah itu hanya terdengar debaran jantung dan desah nafas masing-masing. Taemin semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku dan sejenak hanya ada damai ketika bibir kami bertemu.
Tanpa mereka sadari sepasang mata mengamati mereka dari balik kegelapan malam yang jauh dari hingar bingar pesta.
************
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur yang nyaman sambil kembali mengingat kejadian di taman beberapa saat yang lalu. Malam ini menjadi malam yang menyakitkan sekaligus malam terindah di hidupku, aku tak bisa berhenti tersenyum memikirkanya. Saat mataku mulai terpejam terdengar suara ketukan pintu yang membuat mataku tetap terjaga. Kulangkahkan kakiku malas menuju pintu kamarku untuk membukanya, dan betapa terkejutnya kau ketika mendapati Suzy berdiri di depan pintu kamarku dengan wajah yang basah dipenuhi air mata.
“Suzy-ah gwenchana?”, tanyaku bingung melihat Suzy menangis sambil mempersilahkanya masuk ke kamarku dan mendudukkanya di atas kasurku.
“Suzy-ah sebenarnya apa yang terjadi padamu hingga membuatmu menangis seperti ini?”, tanyaku kembali kepada Suzy yang tengah terisak.
“Jieun-ah…… a…aku mohon padamu….”, ucap Suzy yang masih terisak.
“Waeyo? Ada apa denganmu?”, tanyaku bingung mendengar ucapan Suzy.
“Jieun-ah…. Jebbal......jebbal….. jangan rebut Taemin dariku….”, jawab Suzy dengan mata berkaca-kaca.
“Mwo?”
-To be Continued-
-EITSSS...... jangan lupa like n commentnya......!! XD


Tidak ada komentar:

Posting Komentar