Entri Populer

Jumat, 28 Oktober 2011

FF: STILL WAIT YOU SAY (Chapter 4)




STILL WAIT YOU SAY (Chapter 4)

Author: Rahma Fitri Al-Hakiim
Pict by: @Icha Kyucha
Genre: Romance
Cast:
-Lee Jieun (IU)
-Lee Taemin (SHINEE)
-Yoo Seungho
-Suzy (Bae Suji miss a)

Annyeong semuanya.....!! ^^
Mian kalau publishnya Luamaaa banget..... heheheheeh :-P
langsung aja yak cekidot....! XD
Eitssss jangan lupa like n commentnya yahhhh..... !!

Happy readers...^^

“Jieun aaa sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu, aku tak mau melewatkan kesempatan ini”, Seungho menatapku lurus-lurus dengan sorot mata yang masih sama.
 “Emm... i..iya katakan saja, jangan sungkan”, dengan gugup aku menjawab.
“Senarnya aku.....”, ucapan Seungho terputus yang membuatku semakin penasaran. Dan Seungho yang semula duduk berhadapan denganku, kemudian berdiri dan duduk di sampingku meminimalisir jarak diantara kami. Perlahan didekatkanya wajah Seungho ketelingaku yang seketika membuat warna pipiku merah padam, kemudian Seungho mulai berbisik lirih ditelingaku.
“Jieun aaa, aku hanya mengatakanya sekali jadi simak baik-baik.ucapanku....”.
            Pipiku masih bersemu merah dan mendadak aku merasa ada sebuah rahasia tersembunyi yang selama ini tersimpan di dalam hati Seungho. Kemudian aku mengangguk mengerti dan segera menyiagakan telingaku supaya mendengar dengan baik ucapan Seungho. Seungho mendekatkan wajahnya ketelingaku semakin dekat dan membuat jantungku berdebar cepat.
“Saranghae”, bisik Seungho lirih di telingaku.
            Seketika tubuhku mematung mendengar bisikan Seungho yang membuat jantungku seperti berhenti berdetak. Kenapa Seungho menyatakan perasaanya padaku disaat hatiku bimbang atas perasaanku yang masih menyisakan secercah harapan akan Taemin?. Kini aku manatapnya dalam mencoba menemukan jawaban atas pertanyaan yang bergulat dalam benakku dibalik sorot mata Seungho yang sangat berharap aku dapat membalas perasaanya. Seungho membalas tatapanku seakan memberi jawaban atas pertanyaan dalam benakku bahwa ia benar-benar tulus akan perasaanya. Keheningan dengan cepat menjalar diantara kami, tidak ada yang berani membuka percakapan terlebih dahulu. Aku hanya duduk diam mematung dengan kepala tertunduk disamping Seungho yang sedari tadi terlihat berpikir keras untuk memecah keheningan diantara kami. Akhirnya kuberanikan diriku menatap Seungho, yang kini menampakkan seulas senyum diwajahnya. Jantungku kembali berdegup kencang, tersipu kemudian kembali menundukkan kepalaku. Terlihat disudut mataku seulas senyum Seungho berubah menjadi sebuah senyuman lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Degup jantungku semakin tak bisa kukendalikan dan semburat merah membuat pipiku mulai terlihat merona ketika Seungho memanggil namaku.
“Jieun aaa.....”, ucap Seungho lirih padaku.
“N....ne...?”, jawabku gagap dengan kepala yang masih tertunduk tak berani menampakkan wajahku yang merah padam.
“Mianhe Jieun aaa...., tidak seharusnya aku memiliki perasaan ini padamu....”, wajah Seungho terlihat sangat gelisah yang seketika membuat senyum hangatnya lenyap dari wajahnya. Kepalaku masih tertunduk tak berani membalas tatapan Seugho yang kini menajamkan tatapanya kearahku.
“Jieun aaa.... aku serius dengan perasaanku...., aku tak akan memaksamu menjawabnya sekarang. Aku akan menunggu sampai kau menemukan jawaban atas perasaanku ini. Semuanya terserah padamu Jieun aaa...”, Seungho menengadahkan wajahku yang tertunduk dengan jemarinya agar aku dapat melihat keseriusan dalam sorot matanya. Aku tetap terdiam dalam bisu dan hanya membalas tatapan Seungho penuh kebimbangan.
“Baiklah, hari sudah mulai gelap..., Ayo kita segera pulang, aku akan mengantarmu sampai rumah...”, Seungho beranjak dari tempat duduknya dan menjulurkan tanganya kearahku.
“N...ne.. Seung ho-shi”, dengan ragu kusambut tangan Seungho yang telah ia julurkan ke arahku.
Dengan erat Seungho menggandeng tanganku yang mulai terasa dingin, kamipun segera beranjak dari restoran sushi yang menjadi tempat berubahnya segala anganku tentang Seungho.
*******
            Kami terus bejalan dalam diam membiarkan suara bising kendaraan memenuhi telinga kami sampai langkah kami terhenti di depan pintu gerbang rumahku. Seungho melepaskan tanganku yang sedari tadi terus ia genggam dengan erat.
“Hari sudah larut malam, lekas mandi dan tidurlah..., annyeong...”, ucap Seungho yag terdengar berat ditelingaku.
“Ne... Gomaweo Seung ho-shi sudah menagantarku. Annyeong...”, jawabku sambil menebar senyum pahit dan melambaikan tanganku pada Seungho. Sambil lalu Seungho membalas senyumanku dan melambaikan tanganya padaku.
            Kubuka pintu gerbang rumahku dan segera masuk ke dalam rumah. Kusapa Eomma dan Appa yang sedang asyik menonton TV diruang tengah, kemudian beranjak menaiki tangga menuju kamarku dilantai dua. Kurebahkan tubuhku diatas kasurku yang empuk dan membenamkan wajahku diatas bantalku. Tiba-tiba aku terbangun teringat PR Matematika yang diberikan Kim songsaengnim tadi disekolah. Aku segera bangkit dari tempat tidurku menuju meja belajarku. Sekilas kulirik kalender diatas meja belajarku dan mengamatinya sejenak, dan ternyata tak terasa ujian akhir sekolah tinggal sebulan lagi. Bodohnya aku selama ini terlarut dalam perasaanku dan bukanya sibuk belajar mempersiapkan ujian.
“Hash...!”, aku mendengus kesal .
            Gara-gara ada seorang namja brengsek di hidupku yang membuat pikiranku kacau dan tak bisa berkonsentrasi disetiap pelajaran. Dan sekarang bertambah lagi satu namja babo yang menyatakan perasaanya padaku, membuat pikiranku kalap dan tak bisa mengerjakan PR Matematika segampang ini!. Aku sudah mencoba memfokuskan pikiranku untuk mengerjakanya tapi yang ada pikiranku malah lari memikirkan mimik wajah apa yang harus kutunjukkan pada Seungho ketika aku bertemu denganya besok disekolah.
“Arrggghhh...! Molla...!”, gerutuku kesal dan cepat-cepat menggeleng-gelengkan kepalaku yang sedari tadi hanya memikirkan dua namja aneh yang seakan bersekongkol untuk membuat hidupku semakin runyam.
“Hash! Jinja...!”, gerutuku kembali. Kemudian cepat-cepat kututup buku pelajaranku dan kembali melemparkan tubuhku diatas kasurku yang nyaman dan hangat. Percuma saja belajar kalau otakku masih dipenuhi oleh dua namja sialan itu!, beberapa menit kemudian aku sudah terlelap kedalam alam mimpi yang mengajakku bermain malam ini. ****
            Samar-samar terdengar suara burung bersiul yang membangunkanku dari tidurku semalam. Kubuka mataku yang masih terasa amat lengket.
“Cklek”, terdengar suara pintu kamarku terbuka.
“Aigo Ya! Jieun aaa ireonna pali...., mau tidur sampai kapan kau hah?!”, suara eomma terdengar begitu nyaring di telingaku.
“Hash eomma..., kenapa membangunkanku..?, aku tidak mau kesekolah hari ni!. Aku mau tidur seharian...!”, kataku kesal sambil berusaha memfokuskan pandanganku yang masih terlihat kabur.
“Ya kau ini!, sebulan lagi kau akan menghadapi ujian mana mungkin bisa-bisanya kau bersantai seperti ini...! Ayo cepat bangun habiskan sarapanmu, appa sudah menunggumu di meja makan...!”, eomma sedikit mengeraskan suaranya yang masih melihatku enggan beranjak dari tempat tidurku yang hangat.
“Ne...ne... eommonie...., lima belas menit lagi aku akan turun..”, dengan mata yang masih tertutup kulangkahkan kakiku malas menuju kamar mandi.
Lima belas menit kemudian aku sudah berada dimeja makan dengan seragam sekolah dan rambut yang sudah tersisir rapi. Appa menatapku penuh selidik sebelum akhirnya beliau mengatakan sesuatu padaku.
“Jieun aaa, belajarlah yang rajin sebulan lagi kau akan mengahadapi ujian akhir sekolah. Appa sudah mendaftarkanmu dibeberapa bimbingan belajar, jadi belajarlah baik-baik dan jangan mengecewakan appa dan eommamu dengan hasil ujianmu nanti. Kau mengerti?”, tegas appa padaku yang masih saja menatapku penuh selidik.
“Ne.... Araso appa”, aku hanya bisa tertunduk patuh pada appa yang selama ini selalu menuntut lebih dariku, aku hanya bisa maklum karena aku adalah anak tunggal dan satu-satunya harapan kedua orang tuaku.
Aku melambatkan langkahku menuju sekolah yang memang berencana untuk masuk lebih siang dari biasanya agar tidak sempat bertukar pandang  dengan dua namja sialan itu. Tepat dengan perkiraanku, lima menit setelah aku memasuki kelas bel berdering tanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Tidak lama kemudian Eunhyuk songsaengnim datang dengan membawa lima tumpuk buku tebal ditanganya. Hari ini Eunhyuk songsaengnim terlihat berbeda, wajahnya yang biasanya selalu tersenyum aneh sehingga membuat bulu kudukku berdiri, sekarang wajahnya terlihat muram dan mengerikan, mungkin sedang ada masalah dengan yeoja chinggunya pikirku menerawang.
“Yaa!, anak-anak sekarang buatlah kelompok berpasangan . Kita akan melakukan pembedahan untuk mengamati struktur tubuh katak. Ayo cepat!, kalian saya tunggu sepuluh menit lagi di lab biologi”, jelas Eunhyuk songsaengnim dengan suara yang cukup lantang seraya berjalan keluar kelas.
“Ne.... songsem”, jawab semua murid dengan ogah sambil bergegas menuju lab biologi.
Sebenarnya Eunhyuk songsaengnim adalah guru yang sangat ramah dan menyenangkan walaupun terkadang suka membuat telingaku geli ketika beliau menerangkan tentang bab reproduksi yang diselingi hal-hal berbau yadong. Tapi hari ini raut wajah Eunhyuk songsaengnim menyeramkan sekali sehingga membuat murid-murid takut dan segera mematuhi perintahnya. Sialnya di saat seperti ini perutku tiba-tiba mules yang membuatku harus pergi kekamar mandi sesegera mungkin. Hash jinja!, kenapa harus di saat seperti ini sih! Aku terus menggerutu sambil berlari menuju kamar mandi tedekat. Bagaimana jika aku terlambat masuk ke lab biologi?, pasti Eunhyuk songsaengnim akan marah besar padaku. Akhirnya aku bernafas lega setelah tiba dikamar mandi dan membuang semua sisa-sisa isi perutku. Aku berlari sekencang mungkin menuju lab biologi dan berharap pelajaran belum dimulai. Raut wajahku dengan sekejap beubah menjadi pucat pasi melihat semua murid sudah duduk dengan rapi dan mendengarkan penjelasan Eunhyuk songsaengnim dengan seksama sebelum melakuakan percobaan. Bekas derap langkaku yang memecah keheningan  membuat perhatian seiisi ruang lab biologi serta Eunhyuk songsaengnim beralih padaku yang kini berada di ambang pintu lab biologi dengan nafas yang terengah-engah. Dengan murka Eunhyuk songsaengnim memandangku dan keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhku.
“Yaa Lee Jieun!, kau tahu kesalahanmu?!”, suaranya terdengar seperti petir dan membuatku terus berharap semoga tidak terjadi hal buruk yang akan menimpaku.
“Ne..., songsaengnim. Chesohamnida saya terlambat masuk kelas, saja berjanji tidak akan mengulanginya lagi....”, wajahku tertunduk takut menatap wajah Eunhyuk sonsaengnim yang sepertinya sangat menakutkan.
“Bagus kalau kau menyadari kesalahanmu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kali ini saya memaafkanmu, sekarang cepatlah duduk! Pelajaran akan segera dilanjutkan!”, Eunhyuk songsaengnim tetap meninggikan suaranya tanda aku harus cepat duduk sebelum beliau menjadi semakin marah.
Mataku berkeliling mencari tempat duduk yang masih kosong tapi semuanya sudah dipenuhi murid-murid. Dan akhirnya mataku menemukan satu-satunya tempat duduk kosong, aku belum bisa benafas lega karena disebelahnya duduk seorang namja brengsek yang membuat hidupku kacau. Yap! Namja itu adalah Taemin, aku sempat berpikir kembali untuk duduk di kursi yang masih tersisa itu, tapi melihat kaadaan yang sudah memanas ini aku terpaksa untuk menempati satu-satunya tempat duduk yang masih kosong itu.
Degup jantungku perlahan semakin cepat, kulihat dari sudut mataku Taemin yang tanpa eksperesi sedang asyik memperhatikan penjelasan Eunhyuk songsaengnim. Hahs!, kenapa aku harus salah tingkah begini sih?!, aku terus menggerutu dalam hati. Eunhyuk songsaengnim menjelaskan secara lengkap tentang cara kerja dalam percobaan kali ini, aku sudah berusaha menyimak apa yang beliau jelaskan tapi jantungku masih terus saja berdegup kencang yang membuyarkan konsentrasiku. Kenapa reaksiku masih begini ketika berdekatan dengan Taemin?,  sepertinya usahaku untuk melupakanya sia-sia sampai sekarangpun aku rasa aku masih menyukainya. Berbeda dengan Taemin, sepertinya dia sudah melupakanku sepenuhnya atau mungkin dari awal akunya saja yang kegeeran, tapi kenapa dia dua kali menciumku kalau bukan dia menyukaiku?. Aku melirik Taemin lagi dari sudut mataku terlihat dia sepertinya tidak merasa resah berada didekatku, sikapnya sejauh ini biasa-biasa saja saat berada didekatku.
“Yak! Anak-anak sekarang mulailah melakukan pembedahan kerjakan bersama kelompokmu. Saya akan mengawasi kalian”, suara Eunhyuk songsaengnim yang menggelegar membuatku segera mengalihkan pandanganku kearahnya yang sedaritadi sedang asyik mengamati tindak tanduk Taemin .
“Ne... songsaengnim...”, jawab semua murid serempak.
            Semua murid terlihat sibuk dengan kelompoknya masing-masing dan mulai melakukan pembedahan. Aku menyipitkan metaku jijik melihat seekor katak mati di depanku, bagaimana kalau katak ini tiba-tiba melompat kearahku? Hiiiii!! Pikirku yang terus berputar dalam benakku.
“Jieun aaa, kau tidak apa-apa? Wajahmu terlihat sangat pucat”, deg! Jantungku sepertinya sudah melompat keluar mendengar suara Taemin memanggil namaku.
“Ne..ne.. gwenchanayo...”, jawabku gagap dan sepertinya pipiku sekarang memerah. Aish! Jinja aku malu sekali...!.
“Baiklah ayo kita mulai, aku akan mengambil peralatan lainya di meja Eunhyuk songsaengnim. Kau mulai saja membedahnya aku akan melihatnya nanti”, ujar Taemin santai.
“Mwo?!, aku yang membedahnya?”, aku tak bisa menyembunyikan keterjutanku mendengar ucapan Taemin.
“Ne, waeyo?”, tegas Taemin mengiyakan.
“Anio, ne aku akan melakukanya”, jawabku sambil menelan ludah.
“Baiklah aku akan mengambil peralatanya”, ucap Taemin sambil lalu.
Glek!, aku kembali menelan ludahku saat menatap seekor katak mati didepanku. Hash!, kenapa aku yang harus membedahnya?, apa dia tidak tahu umumnya yeoja itu sangat jijik untuk melakukan ini?. Baiklah aku tidak ingin terlihat seperti yeoja lemah yang jijik melakukan hal seperti ini, aku bergumam mencoba memberi semangat pada diriku yang sebenarnya sangat jijik. Kuambil dan kupegang dengan erat dua buah pisau yang terletak dimeja tak jauh dengan katak mati itu. Sejenak kupejamkan mataku dan melihat sekeliling ruangan, terlihat Taemin sedang sibuk memilih-milih peralatan yang dibutuhkan. Aku bisa melihat punggung Taemin yang menawan sehingga membuatku ingin memeluknya dari belakang, cukup lama aku memandangi punggunya dan membuatku terbuai dalam lamunanku. Hash! Kenapa pikiranku jadi yadong seperti ini sih?!, dengan cepat aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Kufokuskan kembali konsentrasiku kepada katak mati di hadapanku ini.
“Aww!!”, jeritku menahan perih dijariku yang tak sengaja teriris pisau ketika akan membedah katak. Seiisi ruang lab biologi mengalihkan pandanganya kearahku termasuk Taemin. Darah mulai mengalir cukup banyak, dengan langkah cepat Taemin menghampiriku dan segera membalut luka dijariku dengan saputanganya.
“Jieun aaa, gwenchana?”, tanya Taemin cemas.
“Ne...ne..., gwenchana”, jawabku dengan wajah yang meringis menahan sakit.
“Ya! Ayo semua lanjutkan pekerjaan kalian. Dan kau Taemin temani Jieun keruang kesehatan”, Eunhyuk songsaengnim mencoba menenangkan murid-murid yang sempat histeris melihat darah yang keluar dari jariku cukup banyak.
“Ne..., araso”, jawab Taemin sambil memopoh tubuhku menuju ruang kesehatan.
*******
 “Kau ini ceroboh sekali, lihat jarimu ini teriris sangat dalam untung kau segera dibawa kesini sehingga kau tidak sampai kehilangan banyak darah”, celoteh Yoona songsaengnim selaku guru yang bertugas di ruang kesehatan ini.
“Ne, araso songsaengnim”, jawabku lemas.
“Dasar kau ini, ya sudah istirahatlah. Aku akan meminta Taemin untuk menemanimu”, ujar Yonna songaengnim yang masih terlihat kesal karena kecerobohanku.
“Mwo?! Tidak mau, aku ingin disini sendirian songsem”, aku membelalakkan mataku terkejut.
“Tidak kau harus ditemani seseorang disini, bagaimana jika terjadi sesuatu lagi padamu?. Kau itu kan sangat ceroboh”, jelas Yoona songsaengnim yang terkesan mengintimidasiku.
“Tapi songsem...”, kata-kataku terputus karena Yoona songsaengnim sudah keburu keluar ruangan.
Aku hanya bisa pasrah dan tiduran dikasur yang di sediakan diruang kesehatan ini. Sekarang kurasa bisa sedikit membaca pikiran Taemin, aku bisa mengartikan sorot matanya tadi begitu mencemaskanku. Walaupun samar aku masih bisa merasakan kalau Taemin mempunyai perasaan yang sama denganku. Meskipun aku masih sangat ragu, aku mencoba meyakinkan hatiku untuk tetap berpikir positif. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka dan Taemin muncul dari balik pintu tersebut. Degup jantungku kembali bedetak cepat seiiring langakah Taemin yang semakin mendekat kearahku.
“Kau tidak apa-apa Jieun aaa?”, tanya Taemin dengan raut wajah cemas.
“Gwenchanayo”, jawabku singkat dengan membuang mukaku ke arah lain.
“Tadi kenapa kau bisa seceroboh itu?, apa karena kau sedari tadi sibuk mengamatiku ya? sehingga kau bisa mengiris jarimu sendiri”, tanyanya santai dan sontak membuat mataku berpaling kearahnya. Apa dia bisa membaca pikiranku ya?, bisa kurasakan pipiku memanas karena malu.
“MOLLA!”, jawabku kasar dan memalingkan kembali mataku ke arah lain.
“Dasar kau ini tukang marah, akukan hanya bercanda...”, kata Taemin dengan mimik wajah yang biasa saja.
Memang dasar namja brengsek, disaat berduaan saja seperti ini sikapnya biasa-biasa saja?. Apa dia amnesia?, dia masih bisa bersikap seperti ini setelah banyak kejadian yang terjadi dianatara kami?. Semua pertanyaan yang tidak sempat terjawab ini terus berkutat dalam benakku.
“Jieun aaa, sebenarnya aku masih berhutang satu penjelasan padamu.....”, ucap Taemin dengan nada suara yang berubah serius.
“Katakan saja sekarang selagi aku mau mendengarkanya”, jawabku dingin dan masih membuang mukaku. Sebenarnya saat ini aku merasa denyut nadiku akan berhenti dan wajahku semakin memanas, sekarang aku sangat malu sekali.
“A...aku sebenarnya, aku dan Suzy.....

-To be Continued-

-Ingat jangan lupa like ma commentnya...!! XD


Tidak ada komentar:

Posting Komentar