Entri Populer

Selasa, 16 Agustus 2011

FF: STILL WAIT YOU SAY (Chapter 3)


Annyeong chinggu2 q.....!!! XD
Mian klau publishnya kelamaan heehehhh......... cz lgi baxak PR segunung.... :-P
Yaaa udah ni langsung ajah cekidot..... !! XD
Eitsss..... jangan lupa like n commentnya yah..... okokoko?? X)

Happy readers...^^

STILL WAIT YOU SAY (Chapter 3)

cats:
-Lee Jieun (IU)
-Lee Taemin (SHINEE)
-Yoo Seungho
-Suzy (Bae Suji miss a)


   Aku sibuk memilih-milih novel yang kukira cukup bagus untukku, dan pilihanku jatuh pada novel berjudulkan Stand by Me yang covernya didesign cukup menarik dengan karikatur yang amat imut dan lucu. Belum sempat tanganku mengambilnya, novel itu sudah lebih dulu diambil oleh seorang namja yang sangat kukenal.
“Taemin aaa.....?”, mataku membulat terkejut tak mengira akan bertemu dengan Taemin disini.
“Jieun aaa.. kenapa kau bisa ada disini?”, Taemin yang juga tak mengira akan bertemu denganku, menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabanya.
“Tentu saja untuk membeli buku.....,”, aku menjawab pertanyaan Taemin ketus sambil beranjak pergi dari tempatku semula, dan kemabali menatap Taemin tajam. “Untuk novel itu buatmu saja, aku sudah tak tertarik untuk membelinya.... Ya sudah aku pergi dulu..!”, nada suaraku masih sama dengan penekanan yang lebih kuat.
GREP!!, Taemin menggenggam tangaku erat.
“Tunggu Jieun aaa, ada yang ingin kubicarakan denganmu”, Taemin mencoba menahanku pergi.
“Bicara apa lagi?!, semua sudah jelas dimataku!”, tandasku.
“Tapi semua belum jelas dimataku....”, mata Taemin menatapku penuh harap.

Hello, hello
Hello, hello
Nareumdaero yonggil naesseoyo
Hello, hello
Jamshi yaegi hallaeyo
Hello, hello
Naega jom seodooljin mollado

Who knows? Eojjeom oorin

            Tardengar suara ringtone dari HP ku, memecah ketegangan diantara aku dan Taemin. Dengan cepat aku menghempaskan tangan Taemin yang menggenggam erat tangan kananku, buru-buru aku mengangakat telepon yang kumasukkan didalam kantong kecil tasku. Aku melihat nama Seungho tertera dilayar HP ku yang membuatku menatap Taemin dengan waspada. Taemin yang heran melihat tatapanku,  mengerutkan dahinya bingung.
“Yoboseo...? oh Seung ho-shi...”, aku sengaja sedikit mengeraskan suaraku supaya Taemin mendengarnya dengan jelas.
“Ne...., Jieun aaa kau sekarang ada dimana? aku sudah berada di depan bioskop sekarang”, terdengar suara Seungho dari seberang meminta penjelasan.
“Seung ho-shi.... sekarang aku berada di toko buku diseberang jalan”, jelasku pada Seungho.
“Oh... arayo, tunggu disana yaa.. aku akan menyusulmu”, Seungho segera memutus sambunganya setelah mengetahui keberadaanku.
            Aku memasukkan kembali Hp ku di kantong kecil tasku, aku kembali menatap Taemin tajam. Bisa kulihat ekspresi wajah Taemin berubah kusut.
“Mian aku harus segera pergi, aku buru-buru ada janji dengan seseorang”, aku bersuara dengan nada datar dan segera beranjak pergi dari hadapan Taemin. Belum sampai aku melangkahkan kakiku keluar dari toko buku, Taemin mengejarku dan kembali menggenggam erat tangan kananku yang sontak membuat langkahku terhenti.
“Apa Seungho begitu penting bagimu?! Hingga membuatmu mengabaikan penjelasanku?!”, Taemin membentakku dengan suara cukup lantang yang membuat para pengunjung toko buku tersebut mengalihkan perhatian mereka kepada kami berdua.
Aku yang tidak ingin kalah dari Taemin, membalasnya dengan bentakkan yang lebih lantang, “Iya! Seungho sangat penting bagiku!, jika aku disuruh memilih, aku akan memilih Seungho! daripada kau yang hanya memberikan harapan semu padaku!”.
Para pengunjung toko buku tersebut masih memperhatikan kami dengan berbagai komentar yang membuat telingaku panas. Taemin mengeram mendengar ucapanku dengan tatapan berapi-api. Seketika nyaliku ciut melihat ekspresi Taemin yang membuat bulu kudukku berdiri. Taemin menatapku lurus-lurus, terlihat sekali emosinya meluap-luap karena ucapanku yang membuat dia tak mampu menahan emosinya lagi.
“TIDAK! KAU HARUS MEMILIHKU!, KAU HANYA BOLEH MENYUKAIKU!”, ucap Taemin yang dipenuhi oleh amarah membuatku dan para pengunjung toko buku tersebut terperangah.
“Hah? Tinggi sekali percaya dirimu?, apa hakmu berbicara seperti itu kepadaku?!”, aku meninggikan nada suaraku diakhir kalimat dan memberi penekanan yang lebih berat.
“Tapi pada kenyataanya kau hanya menyukaiku kan?”, Taemin tetap tidak mengurangi rasa percaya dirinya.
“Sekarang aku sudah membuang jauh-jauh perasaan yang sia-sia itu! Aku sudah melupakanya!”, bentakku yang malah membuat senyum simpul dipipi Taemin.
“Oh ya? jika kau sudah melupakanya, aku akan membuatmu ingat kembali!”, Taemin menyeringai padaku membuatku merasa ada hal buruk yang akan terjadi.
Dengan cepat Taemin meraih wajahku dengan kedua tanganya agar aku tidak bisa berpaling lagi darinya. Para pengunjung tetap tidak bosan memandangi tingkah laku kami berdua yang semakin seru. Dengan terpaksa aku hanya bisa menatap Taemin, sekilas tersirat kecemburuan yang pekat mendadak berubah menjadi kelembutan yang hangat dimata teduhnya yang kini seolah tak mau melepaskan pandanganya dariku. Tatapan lembut ini sesaat membuatku terbuai dalam dalam ingatan masa lalu yang indah.
            Melihatku yang tidak melakukan perlawanan yang berarti, Taemin secara tiba-tiba mendaratkan bibirnya tepat diatas bibirku yang membuatku hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mataku tidak percaya. Taemin menciumku?! Aku terkejut setengah mati dan masih mengerjap-ngerjapkan mataku. Tindakkan Taemin ini spontan membuat segunung pertanyaan tak terjawab dibenakku. Selang tigapuluh detik, Taemin kemudian melepaskan kecupanya yang langsung disambut oleh kepalan tangan Seungho yang memukul keras pipi kanan Taemin hingga membuatnya limbung. Aku hanya bisa diam tertegun melihat aksi Seungho yang kontroversional itu, membuat para pengunjung toko buku yang masih asyik menonton kami bak sinetron di TV dengan  mata terpanah melihatnya. Kemudian Seungho menarikku paksa ke sampingnya.
“Taemin aa! Aku tidak suka dengan caramu!!, berhentilah mempermainkan Jieun! Aku sudah muak melihatmu!!”, Seungho melontarkan kalimat pedas kepada Taemin dengan suara yang menggelegar.
            Mendengar perkataan Seungho yang cukup membuat telinga Taemin panas, dengan segera Taemin menyeimbangkan tubuhnya yang sempat limbung karena serangan mendadak dari Seungho dan membalas cepat pukulan keras Seungho, dengan tinjuan yang mengenai hidung Seungho, hingga membuat hidungnya berdarah. Jieun yang tidak terima dengan perlakuan Taemin terhadap Seungho segera menghardik Taemin dengan amarahnya yang tak tertahankan lagi.
 “Taemin aa!! Gemanhe!!, tidak cukupkah kau menyakitiku?!. Aku sungguh tidak bisa mengerti jalan pikiranmu!”.
“Apa masih tak mengerti?, tidak cukupkah ciuman tadi yang menjelaskan semuanya?! Apa kau tidak bisa mengartikan tatapan mataku setiap kali aku memandangmu?!, suara Taemin sedikit mengecil tapi dengan penekanan yang makin tajam.
“Mana bisa aku tau...., jika kau tidak pernah mengatakanya padaku?”, dengan suara sedikit bergetar, perlahan air mataku mulai deras mengalir dipipiku dan kemudian kulanjutkan kata-kataku yang sempat terputus karena manahan tangis, “Dan sekarang kau telah memilih Suzy sebagai kekasihmu.....Itu yang cukup membuatku sadar bahwa harapan yang kau berikan padaku hanyalah harapan semu yang membuatku semula berada diatas awan tiba-tiba jatuh terpelanting keras kembali ke bumi....”.
            Taemin seketika membisu tidak bisa menyangkal ucapan Jieun yang sangat mengena dihatinya. Taemin sadar bahwa perbuatanya barusan telah menyakiti Jieun, Seungho, dan Suzy, walaupun Suzy tak menyaksikanya secara langsung. Taemin sadar benar jika Suzy mengetahui perbutanya yang kalap itu akan membuat gadis yang kini menjadi kekasihnya sedih dan kecewa. Sejenak terlintas dibenak Taemin, andai saja Jieun  mengetahui alasanya menjalin hubungan dengan Suzy, pasti Jieun akan mencoba mengerti keadaan dirinya sekarang.
            Dengan tanggap Jieun mengambil sehelai saputangan didalam tasnya dan segera menyumbat hidung Seungho yang masih mengeluarkan cairan bewarna merah pekat.
“Ayo Seung ho-shi.... kita pergi dari sini...”, Jieun memopoh tubuh Seungho yang terlihat sedikit oleng dan perlahan beranjak pergi dari hadapan Taemin yang masih diburu mata-mata para pengunjung yang menatapnya tajam dan sinis.

  Taemin hanya menatapku dan Seungho pasrah yang kian menjauh darinya. Sambil memopoh tubuh Seungho aku menanyakan pertanyaan yang tiba-tiba terlintas diotakku.
“Seung ho-shi, kenapa kau nekad sekali tadi?, aku sampai takut hidungmu patah karena tinjuan Taemin...”.
“Sebenarnya pukulanku tadi hanya gerakan reflek...., aku juga tidak menyangka akan memukulnya sekeras itu..... hehehhe”, Seungho menjawab pertanyaanku santai dengan cengiran khasnya.
“Mwo?! Hanya gerakan refleks?, lain kali kau harus pintar dalam mengendalikan dirimu. Jika tidak ingin hal ini terjadi padamu lagi”, aku terheran-heran dengan jawaban santai Seungho yang menganggap masa bodoh kejadian di toko buku tadi.
“Ne...ne.. arayo Jieun aa...”, Seungho mengiyakan.
            Sesaat suasana menjadi hening tak ada lagi pembicaraan diantara kami, aku kembali teringat dengan kelakuan Taemin di toko buku tadi yang seketika membuatku dilalap amarah sekaligus bingung. Kecupanya tadi membuatku semakin tidak bisa melupakanya dengan segera. Masih terbayang dibenakku tatapan mata Taemin saat menatapku lembut dan hangat, yang membuat seluruh tubuhku terkunci tak bisa memberontak.
“Miane Seung ho-shi.....”, kataku pelan dengan kepala tertunduk.
“Waeyo Jieun aa?”, Seungho menatapku penuh tanda tanya.
“Gara-gara aku kau jadi terluka seperti ini”, aku masih tertunduk lesu merasa sangat bersalah pada Seungho.
“Gwenchanayo Jieun aaa...., tapi sebagai ganti kita batal nonton,  kau harus menemaniku makan sekarang...., aku tau kedai shusi yang enak disekitar sini...”.
“Mwo?, makan? Disaat seperti ini kau masih berselera makan?”, aku terkejut mendengar ucapan Seungho yang sepertinya sudah benar-benar melupakan kejadian di toko buku tadi dan rasa sakit dihidungnya.
 “Hhehehe....., aku belum makan dari pagi, dan seluruh tenagaku sudah kupakai untuk meninju Taemin tadi. Jadi sekarang perutku sudah melilit tidak karuan....”, sambil tersemyum nyengir, Seungho mengelus-ngelus perutnya yang sepertinya sudah menyanyi riang,
“Hasshhh, kau ini.... ada-ada saja.... benar-benar tak bisa membaca suasana...”, aku menatap Seungho dengan raut muka sedikit kesal sambil menggeleng-nggelengkan kepalaku.
“Yeee.... marah sih marah, tapi soal urusan perut aku tak mau kompromi”, ucap Seungho yang masih saja mengelus-ngelus perutnya.
            Aku hanya berdecak dan mengikuti langkah Seungho menuju restoran sushi. Tak jauh dari tempat kami semula, akhirnya aku dan Seungho tiba di depan restoran sushi. Dipersilahkanya kami masuk dan duduk oleh salah satu pelayan restoran sushi ini. Kemudian pelayan tersebut menyodorkan sebuah pamflet berisikan menu makanan yang tersedia, sejenak pelanyan tersebut diam menunggu pesanan yang akan kami pesan. Selang duapuluh detik akhirnya kami memutuskan memesan paket sushi salmon dan dengan sigap pelayan tersebut langsung mencatat pesanan yang kami pilih. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku dan Seungho asyik mengobrol ria membicarakan topik-topik apa saja enak untuk dibahas dan sesaat membuatku lupa dengan kejadian di toko buku tadi. Tak berapa lama kemudian pelayan tersebut membawa nampan yang berisikan pesanan kami, Seungho langsung menyambar sushi yang sudah dihidangkan diatas mejanya dengan rakus dan tidak lupa menghabiskan porsiku yang masih lumayan banyak tersisa. Belum cukup dengan satu setengah porsi sushi salmon, Seungho segera melambaikan tangannya pada seorang pelayan yang memberinya instruksi untuk cepat datang menghampiri Seungho. Dipesanya lagi dua porsi sushi salmon berukuran jumbo sekaligus, dan melalapnya cepat segera setelah pelayan tersebut mengantarkan pesananya. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan menetapnya bak seorang yang tidak makan selama berminggu-minggu. Setelah puas menyantap tiga setengah porsi sushi salmon, Seungho kini berganti menyambar minumanya yang langsung habis dalam sekali tegukkan. Aku menatap Seungho terheran-heran melihat Seungho yang hidungnya masih meninggalkan warna merah pekat yang perlahan mulai mengering.
            Setelah semua makanan dibabat habis oleh Seungho dan nyanyian diperutnya sudah tak terdengar lagi, mendadak Seungho menatapku penuh ekspresi keseriusan dan sorot mata yang tajam. Aku melihat ekspresi Seungho yang bertransformasi dengan cepat itu, langsung meundukkan kepala dan mendadak salting.
“Jieun aaa sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu, aku tak mau melewatkan kesempatan ini”, Seungho menatapku lurus-lurus dengan sorot mata yang masih sama.
 “Emm... i..iya katakan saja, jangan sungkan”, dengan gugup aku menjawab.
“Senarnya aku.....”, ucapan Seungho terputus yang membuatku semakin penasaran. Dan Seungho yang semula duduk berhadapan denganku, kemudian berdiri dan duduk di sampingku meminimalisir jarak diantara kami. Perlahan didekatkanya wajah Seungho ketelingaku yang seketika membuat warna pipiku merah padam, kemudian Seungho mulai berbisik lirih ditelingaku.
“Jieun aaa, aku hanya mengatakanya sekali jadi simak baik-baik.ucapanku....”.
            Pipiku masih bersemu merah dan mendadak aku merasa ada sebuah rahasia tersembunyi yang selama ini tersimpan di dalam hati Seungho. Kemudian aku mengangguk mengerti dan segera menyiagakan telingaku supaya mendengar dengan baik ucapan Seungho.
Seungho mendekatkan wajahnya ketelingaku semakin dekat agar aku bisa mendengar dengan jelas apa yang akan dia katakan. Perlahan dibisikkanya sebuah kalimat singkat, sesingkat raut wajahku yang berubah menjadi keruh. Sebuah kalimat itu membuatku menatap Seungho tak percaya dan ingin mendengarkan lagi apa yang dia katakan. Seungho hanya tersenyum simpul melihat ekspresi wajahku yang terlihat bingung. Aku sama sekali tak mengira Seungho akan mengucapkan sebuah kalimat yang selama ini hanya menjadi rahasia hatinya..............

-To be Continued-

-Jangan lupa yaa.... like ma commentnya...... ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar